Ini Langkah Bupati Arief Untuk  Wujudkan Blora Sebagai Kabupaten Organik

oleh -492 Dilihat
oleh
PANEN PERDANA : Bupati Blora, H. Arief Rohman melakukan panen perdana padi organik di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban.

” DISELA-SELA melaksanakan panen padi organik bersama petani di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Sabtu (21/10/2023) sore,  Bupati Blora, H. Arief Rohman minta  Kedungtuban bisa menjadi contoh pertanian organik. Dia minta kalau bisa luasan tanamannya  bisa ditambah. ”

BLORA,topdetiknews.com –  Ini yang dilakukan Bupati Blora, H. Arief Rohman untuk wujudkan mimpinya menjadi Blora sebagai kabupaten Organik. Selain terus mendorong semangat para petani yang sudah ber –organik, dalam waktu dekat akan kumpulkan seluruh petugas pertanian untuk diminta mendukungnya program itu.

Disela-sela melaksanakan panen padi organik bersama petani di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Sabtu (21/10/2023) sore,  Bupati Blora, H. Arief Rohman minta  Kedungtuban bisa menjadi contoh pertanian organik. ‘’Kalau bisa luasan tanamannya  bisa ditambah,’’ tandasnya.

Panen perdana padi organik yang merupakan hasil binaan program CSR) Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) yang dilaksanakan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, dilakukan Bupati di areal persawahan milik Samsuri. Warga Desa Ngraho, yang merupakan salah satu demplot pertanian organik di Kecamatan Kedungtuban.

“Kami sangat mengapresiasi dan mendukung penuh upaya pengembangan pertanian organik ini. Saya juga minta para kades bisa memberikan contoh pada warganya. ini sangat baik dan akan kita dukung pengembangannya ke seluruh Kecamatan,” ucap Bupati yang akrab dipanggil Mas Arief itu.

Dia menyatakan, pihaknya akan kumpulkan seluruh penyuluh pertanian dari dinas Pertanian untuk bisa ikut fokus melakukan pendampingan pertanian organik secara masif.

Baca Juga :  Minta Kejelasan Penanganan Covid-19, FKPC Akan Audiensi ke GTPPC Blora

Menurutnya, hasil pertanian organik bagus dan menyehatkan. Dari segi harga jual juga lebih tinggi daripada hasil pertanian konvensional yang memiliki ketergantungan pada pupuk kimia.

“Kita punya mimpi Blora jadi Kabupaten organik, oleh karena itu, dinas terkait kami minta untuk terus melakukan inovasi-inovasi agar bisa terlaksana,” papar Bupati Arief.

Menurutnya selain bebas pupuk kimia, lanjut Bupati, hasilnya juga lebih banyak dengan rasa yang lebih enak. Dengan pertanian organik itu kita tidak akan tergantung pada pupuk kimia yang sering langka. Karena petani bisa membuat pupuk sendiri dengan bahan alami yang ada di sekitar.

Bantu Promosi

Dijelaskan pula, beberapa waktu lalu diaspora yang ada di Jakarta yang sempat dibawakan beras organik dari Blora ternyata banyak yang tertarik. Untuk itu pihaknya  ingin bantu promosikan agar para petani ini semangat untuk menanam.

“Samplenya akan kita kirim juga ke Pusat semoga nanti bisa dibantu untuk memasarkan beras organik kita. InsyaAllah Blora siap menjadi lumbung beras organik untuk dunia. Ini cita-cita kita bersama karena saat ini banyak negara mencari beras organik yang lebih menyehatkan,” ujar Mas Arief.

 Sementara itu, Ngaliman Plt Kepala DP4 Kabupaten Blora menerangkan, panen padi di Blora pada tahun 2022 seluas 107.000 Hektare dengan produktivitas 6,23 Ton/Hektare.

“Sehingga produksi padi mencapai 668.000 Ton dalam satu tahun. Dan dengan hasil produksi tersebut, Blora peringkat 5 di Jawa Tengah,” jelasnya.

Baca Juga :  Polemik Seragam, Bupati Blora Turun Tangan

Sementara itu, lanjutnya, di tahun 2023 meskipun El Nino masih berlangsung, selama kurun waktu Januari hingga September didapatkan data luas panen mencapai 98.000 hektare. “Kalau tadi data 2022 akhir tahun mencapai 107.000 Hektar semoga ditahun ini juga capain yang sama di tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Ngaliman menambahkan, untuk di Kedungtuban sendiri dari kurun waktu Januari hingga September memiliki total tanaman padi  seluas 8.823 Hektare dengan luas panennya sampai September mencapai 9.934 Hektare.

Samsuri, salah satu petani padi organik warga Ngraho mengaku ada peningkatan hasil panen dari pertanian konvensional ke pertanian organik. “ Harga beras organik lebih mahal,Kalo beras konvensional hanya 12 ribu, kalo organik harga bisa sampai 17 ribu, produktivitas juga tidak kalah dengan konvensional, Berasnya juga enak, pulen,” ungkapnya. ***

Reporter : Muji
Editor : Daryanto

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.