Datan Susah Lamun Nembe Kena Garap

oleh -525 Dilihat
oleh
Foto : dok

Oleh : Daryanto

” SANGAT sulit memang untuk mengajarkan wewarah ‘’ Datan Susah Lamun Nembe Kena Garap (buli) ‘’.  Karena menjelang pil-pil seperti saat ini, ada isu yang sebenarnya datar-datar saja,  isu yang tidak begitu panas, lantas  digoreng supaya menjadi panas. Tujuan gorengan itu agar menciprat pada  sasaran.”

KURANG lebih makna wewarah itu, “Tidak usah sakit hati atau susah nan mendalam saat terkena giliran garapan atau diframing oleh pihak-pihak tertentu.”  Utamanya disaat tahun politik seperti saat ini.

Semakin mendekati Pemilu serentak 14 Februari 2024 nanti, framing negatif  terhadap caleg, tokoh, sosok yang sekiranya mempunyai bobot, dipastikan akan meningkat tajam. Bahkan Framing itu akan berlanjut hingga bulan September, Oktober, November saat pelaksanaan Pilbup dan pil-pil lainnya.

Framing negatif itu kebanyakan berupa berita hoax. Ada kemungkinan berita fakta sebenarnya, hanya saja dipelintir redaksionalnya, dan dihubungkan dengan kondisi yang tidak ada hubungannya dengan fakta itu.

Sangat sulit memang untuk mengajarkan wewarah ‘’ Datan Susah Lamun Nembe Kena Garap (buli) ‘’.  Karena menjelang pil-pil seperti saat ini, ada isu yang sebenarnya datar-datar saja,  isu yang tidak begitu panas, lantas  digoreng supaya menjadi panas. Tujuan gorengan itu agar menciprat pada  sasaran.

Harapannya adalah agar tersasar merasa kesakitan dan semangatnya mengendur, kinerjanya menurun, popularitasnya melemah,  strateginya goyah dan akhirnya kalah dalam persaingan.

Dan memang itulah maksud pembuat hoaks, fitnah, ujaran kebencian, adu domba dan berita bohong.

Pitutur “Datan Susah Lamun Nembe Kena Garap” itu,  dimaksudkan untuk mengajari orang bahwa berbagai cobaan memang pasti akan ditemui, namun hendaknya jadi orang juga tidak gampang menyerah.  

Meski terkena giliran nembe kena garap, hendaknya tidak gampang hati tersakiti.  Karena jebolnya benteng pertahanan yaitu hati akan berefek domino, satu demi satu kekuatannya akan melemah.

Baca Juga :  Menanti  Ribuan Sarjana (Kades dan Perangkat)  di Blora Tercetak

Politik is Politik. Namun hendaknya jangan membalas dengan membuat berita hoax dan sebagainya itu. Termasuk juga jangan menyebarkan fitnah, ujaran kebencian, karena suatu saat bisa jadi menjadi bumerang dan menyasar kepada kita.

Mungkin pitutur seperti ini oleh sebagian orang dianggap sebuah pitutur yang  tidak populer. Hanya, masih tidak percayakah dengan hukum karma ? Nah, menyebar fitnah, ujaran kebencian, yakin ainul yakin suatu saat pasti akan menjadi  bumerang dan menyasar kepada kita. Meski bisa jadi bumerang itu datangnya dalam bentuk lain.

Tetap Usaha

Menjadi sebuah keniscayaan, seseorang yang nyaleg targetnya harus jadi. Sehingga, karena target itu seseorang pula lantas menghalalkan segala cara. Salah satunya ngelek-elek marang liyan dengan berbagai kemasan.

Jangan lupa, bukan berarti mengecilkan usaha – karena sejatinya usaha menjadi sebuah keharusan sebelum kita pasrah dengan takdir – hanya tiga hal di dunia ini yang tidak bisa diketahui oleh manusia. Yakni, rejeki, jodho dan pati – karena takdir itu sepenuhnya hak yang hakiki dari Illahi.

Kadangkala kita juga sering lupa atau khilaf, merasa kaya, merasa mempunyai dekengan, lantas memasang target yang secara logika tidak masuk di nalar. Tanpa mau instrospeksi diri,  tidak jarang ada yang baik tingkah maupun ucapan sudah beraroma ancaman.

Tetap usaha.  Hanya apapun hasilnya kelak hendaknya tetap mengedepankan ati semeleh. Tanpa menyalahkan orang dan mengeluarkan ancaman kanan kiri, dan atas dan bawah.

Celakanya, karena pasang target yang muluk-muluk, dan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan – dan kemungkinan terjelek akan mengalami gagal nyaleg – lantas mengalami tekanan psikologi yang luar biasa.

Ini pitutur dari Dr. KH Ahmad Darodji MSi, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah  (SM – 13/10/23).

Sebuah wewarah ”datan susah lamun kelangan” yang berarti tidak bersedih sekiranya kehilangan tampaknya sangat pas untuk kita renungkan dan camkan. Meski sejatinya sangat susah dilakukan. Karena, mana ada orang tidak bersedih ketika dia kehilangan sesuatu, apalagi yang hilang itu sangat berharga atau sangat disayangi.

Baca Juga :  Krisna Mumet  ...

Sebenarnya wewarah ini tidak melarang orang untuk menyesali hilangnya sesuatu. Tentu boleh tetapi hendaknya orang tidak susah berkepanjangan.

Kelengahan yang pernah terjadi akan menjadi pelajaran dan tak akan terulang. Keikhlasannya untuk menerima cobaan sama artinya dengan memperluas wadah untuk menerima nikmat yang lebih banyak.

Dia menyadari bahwa apa yang diberikan oleh Tuhan kepadanya adalah titipan yang setiap saat bisa saja diambil- Nya kembali. Tetapi selagi usia masih ada, selalu ada kesempatan untuk memperoleh kembali apa yang telah hilang itu bahkan lebih baik, lebih banyak meskipun mungkin dalam bentuk lain.

Mari kita baca hadits riwayat Imam Muslim dari Ummi Salamah, Sabda Nabi s.a.w. yang artinya : ”Barang siapa tertimpa musibah lalu mengucap inna lillahi wainna ilaihi roji’un dan berdoa ya Allah berilah aku ganjaran karena musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik, Allah akan memberinya ganjaran karena musibah itu dan akan menggantinya dengan yang lebih baik”.   ***

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.