Punya Populasi Sapi Terbesar di Jateng, Bupati Arief Optimis Mimpi Blora Jadi Kabupaten Organik Terwujud

oleh -596 Dilihat
oleh
PANEN RAYA : Bupati Blora saat panen raya padi organik di sawah yang dikelola oleh Klomtan Sido Makmur, Desa Gondel, Kecamatan Kedungtuban.

” DISAMPAIKAN Bupati Arief, banyaknya jumlah ternak sapi di Kabupaten Blora menjadi salah satu peluang emas untuk pengembangan pertanian organik. Disisi lain pertanian organik bisa menjadi solusi bagi para petani untuk tetap produktif, di tengah keterbatasan alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat. ”

BLORA, topdetiknews.com   – Bupati Blora,  H. Arief Rohman optimis jika mimpi Blora menjadi Kabupaten Organik akan menjadi kenyataan. Menurutnya, potensi Blora melimpah ( populasi sapi terbesar di Jawa Tengah ), tinggal bagaimana petani mempunyai tekad untuk bertani organik.

Hal itu disampaikan usai panen raya padi organik di lahan milik   Klomtan Sido Makmur, Desa Gondel, Kecamatan Kedungtuban, Jumat (10/11/23), sore. ‘’Kami akan mendorong terus petani di Blora untuk bertani organik,’’ tandasnya.

Dikemukakan, saat panen raya di lahan milik Pak Nur, Klomtan Sido Makmur, Gondel, hasil ubinannya 8,7 Ton.  Setelah diproses  menjadi beras  sekitar 4 Ton lebih. Jika dihitung,  dengan harga Rp 17.000/Kg,  maka per Hektarnya bisa menghasilkan hampir Rp 70 juta.

‘’Ini secara manajemen, hasilnya sudah kelihatan. Dihitung saja, hasil panen  dikurangi berapa biaya produksinya sudah kelihatan hasilnya,’’ ungkap Bupati kepada sejumlah anggota Klomtan Sido Makmur.

Terpenting, demikian Bupati yang akrab dipanggil Mas Aref itu, para petani diminta konsisten, dan menyadari bahwa untuk beralih ke pertanian organik butuh proses. Mungkin di tahun pertama, kedua, hingga tahun ketiga hasilnya belum maksimal.

Cerita keberhasilan pertanian organik, juga pernah dikemukakan oleh Mas Arief, yakni  saat hadir di acara panen padi organik di wilayah Kedungtuban baru-baru ini, ternyata hasil panen pertanian organik tersebut memuaskan.

Baca Juga :  Bupati Blora akan Undang Pak Mentri

Seperti saat panen padi organik yang di  Desa Bajo, Ngraho, Sidorejo, Kecamatan Kedungtuban.  Rata-rata harga beras organik dari panenan itu bisa Rp 17.000/Kg.

Saat  panen padi organik di beberapa desa di Kedungtuban itu, ternyata  menghasilkan 8,4 Ton/Ha gabah kering panen dan setelah diproses  menjadi beras  sekitar 4,1 Ton lebih. Jika dihitung,  dengan harga Rp 17.000/Kg,  maka per Hektarnya bisa menghasilkan sekitar Rp 70 juta  lebih.

Potensi Melimpah

Disampaikan Bupati Arief, banyaknya jumlah ternak sapi di Kabupaten Blora menjadi salah satu peluang emas untuk pengembangan pertanian organik. Disisi lain pertanian organik bisa menjadi solusi bagi para petani untuk tetap produktif, di tengah keterbatasan alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat.

Menurut Bupati, setelah disurvei, beberapa persoalan yang disampaikan masyarakat Blora, urutan pertama adalah soal pupuk, kedua infrastruktur jalan, dan ketiga air. Persoalan pupuk jadi hal yang mendominasi dari apa yang dikeluhkan, karena memang sebagian besar masyarakat bekerja  di bidang pertanian.

‘’Solusinya, pertama petani membeli pupuk non subsidi,  kedua bagaimana kita punya potensi bahan baku pupuk organik yang melimpah harus dimanfaatkan. Bagaimana persoalan pupuk ketika petani butuh ini bisa dicukupi, kita buat terobosan  agar tidak tergantung pupuk bersubsidi. Pertanian memanfaatkan pupuk organik dari kotoran sapi, di Blora ini sudah menerapkan tapi belum masif,” Jelasnya Bupati Arief

Terkait program Pemkab Blora, Gerakan Sejuta Kotak Umat (Gerakan masif Menjadikan Kotoran Ternak Bermutu dan Kaya Manfaat), juga sudah dilakukan oleh anggota Klomtan Sido Makmur di Desa Gondel. Yakni  suatu gerakan masif pembuatan kotak fermentasi untuk mengolah kotoran ternak agar menjadi pupuk yang bermutu dan kaya manfaat untuk tanah dan tanaman pertanian.

Baca Juga :  Astaghfirullah, Pelaku Yang Hamili Perempuan Disabilitas Ternyata Sosok Ini

Terpisah, salah satu petani organik di Desa Gondel, Dwi Putranto, mengungkapkan, apa yang menjadi program Bupati Blora untuk menjadikan Blora sebagai Kabupaten Organik perlu didukung penuh.

‘’Gerakan ini harus dimassifkan. Perlu proses memang, hanya melihat kondisi tanah yang sudah tidak subur akibat penggunaan pupuk kimia, ketersediaan pupuk bersubsidi yang minim, tentu yang harus dipahami oleh para petani,’’ tandasnya.

Dwi mengemukakan, dirinya saat ini juga sudah menanam padi organik, dan hasilnya cukup bagus.  ‘’Semua butuh proses, di tahun pertama hasilnya mungkin belum maksimal. Dimungkinkan menginjak tahun ke empat hasilnya akan maksimal,’’ ungkap Dwi Putranto. ***

Reporter : Muji
Editor : Daryanto

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.