Oleh : Ki Daryanto
” Pertanyaannya sekarang, apakah wayang satu kerajaan Amarta tidak tahu rekam jejak Bacalon Pragoto. Ingat peristiwa 13 tahun lalu. Sudah tidak perlu saya jelaskan peristiwa macam apa saat itu. Menurut saya, mencari kelemahan atau kekurangan orang lain itu lebih mudah daripada mencari kekurangan diri sendiri. Ingat lihat tengkuk orang lain lebih mudah daripada melihat tengkuk Sendiri ,” jawab Prof. Bagong tidak kalah semangatnya. ”
BAGONG alias Bawor jadi pengamat politik, jelang Pilkada di Amarta. Jagad pewayangan dibuat heboh, menyusul di beberapa media online, gelar anak bungsu dari Semar itu disebutkan komplit, Prof Dr. Bagong. Dan lebih menghebohkan lagi, prediksi sosok wayang yang pakemnya suka clelekan itu begitu rinci, ilmiah dan masuk logika.
Untuk itu tidak mengherankan jika di hari-hari menjelang Pilkada Amarta, banyak insan media yang memburu untuk mewawancarainya. Dan Bagong pun dengan senang hati melayani para insan media itu, karena semua itu juga demi menaikkan popularitasnya.
Adalah, mBilung Wiryawan, salah satu wartawan sebuah media online mainstream yang mencari kesempatan untuk bisa mewawancarainya. Dan akhirnya kesempatan itu ia peroleh.
” Kalau soal siapa pemenang Pilkada sudah tidak menarik, toh sudah ada lembaga survei cukup terkenal membeberkan hasil surveinya. Musuh siapa saja, Puntadewa tak tertandingi,” ungkap Bagong mengawali wawancara dengan Mbilung Wiryawan.
” Lantas yang menarik apa Prof. untuk Pilkada Amarta yang diikuti oleh dua pasang – Puntadewa – Srikandi yang didukung 12 parpol dan Pragota – Aswatama yang didukung dua parpol ? ” mBilung Wiryawan penasaran
Dengan mempersilahkan wartawan yang mewawancarainya minum kopi agar lebih santai saat wawancara, Prof Bagong mengatakan, bahwa aroma Pilkada di Amarta diprediksi tidak lagi adu program atau adu gagasan. Pasalnya, pihak lawan Puntadewa memaknai program menjelek-jelekan, mencari celah kekurangan sebagai senjata utama untuk maju perang.
” Katanya dulu banter diomongkan kalau Pilkada Amarta diikuti calon tunggal akan mencederai demokrasi, lantaran tidak ada lagi adu program, adu gagasan, karena musuhnya bumbung kosong, Prof ? ”
” Lha itu, saya katakan calon tunggal atau ada musuhnya, Pilkada di Amarta nuansanya tetap tidak lagi adu program atau adu gagasan. Kalau mau adu gagasan, saya pikir petahana tidak masalah dan siap, karena bahannya tentu banyak, salah satunya program-program lanjutan untuk memajukan Amarta dalam segala bidang. ”
” Contoh konkrit Prof, kalau Pilkada Amarta aromanya diwarnai dengan menjelek-jelekan, mencari celah untuk menyerang Petahana Puntadewa ? ”
” Khan semua wayang sudah tahu, termasuk anda. Contohnya, menjelang pendaftaran dan saat pendaftaran saja kubu Pragota – Aswatama yang diusung dua Parpol di Amarta, menyatakan optimis untuk menang, membuat statemen kalau nanti menang berjanji tidak akan main proyek dan jual beli jabatan !”
” Contoh lain yang menggambarkan aroma menjelek-jelekkan atau mencari celah kekurangan Petahana, Prof?”
” Banyak. Yang kecil-kecil saja, soal PKL di seputar alun-alun Amarta yang mengeluh manakala di lokasi itu ada acara, tidak bisa jualan, begitu heboh di medsos. Bukankah sejak dulu kondisi serupa sudah terjadi, manakala alun-alun Amarta ada acara kerajaan, pedagang ditata, bukan tidak boleh jualan. Kalau mau jujur, tanya saja itu beberapa PKL lain yang selama ini mangkal, rata-rata khan senang kalau di alun-alun ada acara. Karena dagangannya tambah laris. Pokoknya sudah banyak lah contohnya ! ”
Sindiran
Wartawan mBilung Wiryawan semakin tertarik dengan statemen Bacalon Pragoto bahwa jika nanti memenangi Pilkada di Amarta, tidak akan main proyek dan tidak akan jual beli jabatan. ”Bukankah itu merupakan statemen yang standar, dan wajar bagi sosok wayang yang ingin menarik simpati pemilih. Mosok menyindir, Prof ?”
” Pertanyaannya sekarang, apakah wayang satu kerajaan Amarta tidak tahu rekam jejak Bacalon Pragoto. Ingat peristiwa 13 tahun lalu. Sudah tidak perlu saya jelaskan peristiwa macam apa saat itu. Menurut saya, mencari kelemahan atau kekurangan orang lain itu lebih mudah daripada mencari kekurangan diri sendiri. Ingat lihat tengkuk orang lain lebih mudah daripada melihat tengkuk Sendiri ,” jawab Prof. Bagong tidak kalah semangatnya.
” Terus masalah hasil survei sementara, Prof. Apakah itu bisa dipercaya atau tingkat margin errornya nggak tinggi ?”
” Lhoh, lembaga survei yang selama ini sudah bekerja profesional dan telah mengumumkan hasil surveinya, mosok emyeh-emyeh. Itu menyangkut kredibilitas lembaga survei itu sendiri lho. Saya yakin tidak akan sembarangan lembaga survei yang selama ini sudah mengumumkan hasil surveinya. Dan lagi, nantinya minimal akan diumumkan hasil survei selanjutnya. Di bulan September, pasti akan keluar lagi hasil survey dan terakhir sepekan menjelang coblosan.”
Agak menarik ini untuk Pilkada di Amarta, yang konon menurut analisa pengamat politik handal, lanjut Prof. Bagong, bahwa Pilkada Amarta termasuk tingkat kompetensinya rendah menjurus ke sedang. Dikatakan rendah dikarenakan cenderung ada dominasi salah satu paslon dan berpotensi besar untuk menang.
Meski demikian, kalau memang kompetisi Pilkada Amartac masuk kategori rendah mengarah ke sedang, karena paslon tidak melawan kotak kosong, saat masa kampanye, berpotensi relatif agak ramai. Lain kalau musuhnya bumbung kosong, masa kampanye akan menjadi kurang menarik.
” Pesan-pesan Prof, untuk Pilkada Amarta ? ” tanya mBilung Wiryawan kembali.
Mestinya, demikian Bagong, menjelang Pilkada di Amarta merupakan saat yang tepat untuk adu gagasan dan program pasangan calon. Bukan sebagai ajang saling menghujat, apalagi sampai menyebarkan hoaks.
Termasuk saat kampanye nanti, sebaiknya membangun narasi-narasi yang menarik tanpa menjelek-jelekkan calon lain. Dengan narasi yang menyajikan gagasan dan program tentang bagaimana melanjutkan pembangunan pemerintahan sekarang, akan menjauhkan berita bohong (hoaks).
Materi kampanye harus berdasarkan fakta disertai data akurat serta objektif dan komprehensif. Hal ini mengingat dalam berkampanye wajib memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab sebagai bagian dari pendidikan politik.
” Lihat saja, dalam aturan, disebutkan materi kampanye dengan menggunakan bahasa Indonesia dan / atau bahasa daerah dengan kalimat yang sopan, santun, dan pantas disampaikan, diucapkan, dan/atau ditampilkan kepada umum. ”
Termasuk, hal yang patut mendapat perhatian saat kampanye, tidak mengganggu ketertiban umum; memberikan informasi yang bermanfaat dan mencerdaskan masyarakat; tidak menyerang pribadi, kelompok, golongan, atau pasangan calon lain. Termasuk tidak provokatif.
” Terakhir Prof, menurut njenengan, siapa yang kira-kira memenangkan Pilkada Amarta ?”
” Kalau menurut saya hasilnya tidak jauh dari hasil dari lembaga survey yang ada !”
” Kongkritnya, Prof ?”
” Khan sesuai survei yang ada ! ”
Prof Bagong pun minta kepada mBilung Wiryawan, kembali untuk mencermati hasil survei yang sudah ada. Dimana dalam survei itu disebutkan, jika tidak ada Tsunami Politik, melawan siapapun pasangan Puntadewa – Srikandi akan menang mutlak.
Dari hasil survei tersebut, tampaknya juga tidak terbantahkan bahwa sulit untuk mengalahkan Puntadewa. Petahana menempati posisi teratas dibanding sejumlah nama di Amarta jika maju menandinginya.
Jika pemilihan Raja Amarta dilangsungkan saat ini, pasangan Petahana memperoleh tingkat elektabilitas tertinggi, yakni mencapai 61,4 persen suara. Posisi kedua ditempati calon lain yang prosentasinya cukup jauh, yakni hanya 7,7 persen suara. ***