Gus Dur dan NU

oleh
oleh
Santoso Budi Susetyo, SSos
TIDAK berlebihan jika ada yang menyebut Gus Dur sebagai tokoh yang humanis. Banyak orang dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras merasa aman tenteram dengan fatwanya saat sebagai tokoh NU juga kebijakannya saat menjadi presiden RI.

JIKA ditanya siapa tokoh idola saya akan jawab, salah satunya Gus Dur. Saya penikmat joke dan humor cerdasnya. Ada 3 buku yang saya koleksi. Dari situ saya tahu bahwa Gus Dur orang cerdas lagi jenius. Melalui pemikiran beliau saya kenal NU.

Saya mulai mengenal atau mungkin sekedar tahu tentang cucu pendiri Nahdatul Ulama ( NU ) ini sejak usia SMP saat mulai suka membaca. Dari majalah Tempo yang saya pinjam, saya tahu Gus Dur pendiri dan aktivis Forum Demokrasi (Fordem). Yang selanjutnya dianggap “ancaman” bagi orde baru. Sering mau ditangkap penguasa tetapi nyatanya aman-aman saja.

Baca Juga :  Nyabu di Bulan Ramadhan dan Saat Pandemi Corona, Dibekuk Polisi

Penelusuran saya tentang Gus Dur baik lewat buku maupun media lainnya semakin meneguhkan bahwa beliau tokoh besar dan hebat serta berpengaruh.

Gus Dur lahir dan besar dengan budaya NU. Budaya santri yang piawai ngaji dan ta’zhim pada kyai. “obesitas” ilmu pengetahuan demikian ditulis dalam sebuah buku tentangnya dilabelkan padanya.

Mahir berbahasa Arab dan Inggris. Terbukti selain pendidikan agama juga pendidikan lainnya ditempuh di berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Banyak mengunyah buku berbagai ideologi dan aliran pemikiran. Konon menjelang wafat pada kedua telinganya masih terpasang audio book.

Baca Juga :  Calon Jamaah Haji Blora 2020 Diprediksi 650 Orang

Tinggalkan Balasan