Ingin Tiru Wonogiri, Mari Sesarengan Berorientasi Proyeksi

oleh
oleh
Foto : dok

Oleh : Daryanto

AGAK nyesek dan sedikit iri, manakala mendengar paparan dari Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Wonogiri, Heru Utomo, S.H., M.H, tentang prestasi yang diraih Kabupaten Wonogiri. Atas prestasi itu, saat ini orang Wonogiri bisa busungkan dada (bangga) sebagai warga Wonogiri.

Orang nomor satu di Bappeda Wonogiri itu juga mengakui, dulu warga Wonogiri yang berada di perantauan, di Jakarta misalnya, kalau ditanya orang tentang daerah asal, pasti mengaku dari Solo (bukan Wonogiri).

‘’Sekarang kondisinya berbeda, kami mempunyai segudang prestasi. Orang Wonogiri bangga dengan daerahnya.  Berat memang perjuangan, karena daerah kami itu diibaratkan adoh ratu cedhak watu. Kalau Blora mau belajar, tentu kami akan sangat terbuka. Kapan dan dimana diskusi lanjutan, kami siap,’’ papar  Heru Utomo.

Ya, prestasi Wonogiri memang luar biasa. Diantaranya menyabet penghargaan sebagai kabupaten terinovatif pada penganugerahan Innovative Government Award (IGA) 2021 yang diinisiasi Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri).

Kategori kabupaten terinovatif merupakan predikat tertinggi. Dalam lingkup Jawa Tengah hanya ada dua kabupaten yang meraih kategori terinovatif. Selain Wonogiri, daerah lain yang mendapatkannya adalah  Kabupaten Tegal.  Namun, nilai yang diperoleh Kabupaten Wonogiri lebih tinggi dari pada Kabupaten Tegal.

Dengan itikad ingin belajar, meniru dan modifikasi prestasi itu, banyak hal yang diperoleh saat study tiru ke Wonogiri. Dengan semangat ingin Amati, Tiru dan Modifikasi (ATM), besar harapan Blora bisa mengikuti jejak Wonogiri. Butuh proses memang, karena menurut hemat kami, kendala besar yang ada di persoalan bagaimana sesarengan menempa semangat, daya juang,  demi Blora lebih maju dan jaya.

Dalam bekerja, jangan pernah berprinsip cukup dengan standar saja sudah tidak ditegur atasan kenapa harus bekerja lebih.

Bagaimana tidak iri dengan Wonogiri ? Penghargaan yang diterima Wonogiri tersebut merupakan penghargaan kedua yang diraih. Sebelumnya,  Kabupaten Wonogiri juga memperoleh penghargaan dengan kategori yang sama pada 2020 lalu.

Pada IGA 2021 Pemkab) mendaftarkan 309 inovasi ciptaan 2019-2020 yang tujuh diantaranya merupakan inovasi unggulan.  Inovasi tersebut, seperti Sistem Resi Gudang Mengayomi Petani (Ridamini) yang merupakan Program Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag), Program Beasiswa bagi Mahasiswa Berprestasi, dan Simpel Ayah Sukses PT BPR BKK Wonogiri (Perseroda), produk simpanan pelajar untuk anak yatim dari CSR dan orang tua asuh.

Selain itu inovasi yang diciptakan SMK Daya Wangsa, yakni mobil listrik, alat penangkap hama padi, dan aplikasi untuk menjual produk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Ada juga Program Maju Bersama Tanggulangi Stunting (Jumangin) yang merupakan program Puskesmas Pracimantoro I.

Dalam skala nasional ada 10 kabupaten terinovatif. Skor indeks tertinggi diraih Kabupaten Banyuwangi, yakni 84,19. Kabupaten Wonogiri berada di urutan kedua dengan skor indeks 75,51.

Baca Juga :  Penggerebekan Sabung Ayam di Blora, Satu Orang Ditetapkan Tersangka

Di Jawa Tengah hanya ada dua kabupaten yang mendapat predikat kabupaten terinovatif. Selain Wonogiri juga Tegal. Tapi, skor indeks Wonogiri jauh lebih tinggi dari Tegal. Skor indeks Tegal 62,06.

Kabupaten terinovatif akan mendapat reward, yakni akan diusulkan ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mendapatkan Dana Insentif Daerah (DID).

Inovasi yang diikutkan dalam IGA tidak hanya inovasi yang diciptakan Pemkab, tetapi dari organisasi perangkat daerah (OPD), satuan pendidikan, dan pemerintah desa/kelurahan. Melainkan juga inovasi yang diciptakan warga.

Meningkatkan Pelayanan

Banyak pesan inspiratif dari jajaran Bappeda Wonogiri, agar Blora yang dapat dikatakan cedhak minyak ning prestasine urung nanjak,  bisa mengikuti jejak Wonogiri. Diantaranya, semua pihak, baik Bappeda dan OPD di Blora semangat sesarengan untuk menciptakan inovasi tidak semata mengejar penghargaan, tetapi utamanya untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.

Pesan lain yang tidak kalah pentingnya adalah, semua pihak, baik OPD maupun Bappeda, dalam menjalankan pemerintahan jangan berorientasi proyek, melainkan harus sesarengan berorientasi pada proyeksi.

Untuk menciptakan inovasi, pesan Heru,  merupakan tanggungjawab semua (sesarengan). Dengan kata lain tidak bertumpu pada Bupati dan Wakil Bupati.  Semua saja, sesuai bidang masing-masing harus sesarengan melakukan pemetaan. Fokus terhadap  yang lemah, dianalisa dan perlu perlu digenjot.

‘’Setelah memetakan kelemahan, catatan semua harus berbasis data,    perlu dibenahi kelemahan yang ada. Ngonceki kelemahan harus,  karena dengan ngonceki kelemahan itu tentu akan menjadi baik,’’ ujar  Heru Utomo.

Baca Juga :  Apresiasi Bandara Ngloram Beroperasi Kembali, Ganjar Sarankan Blora dan Sekitarnya Membuat Banyak Event

Tidak kalah penting pesannya, adalah mencermati sistem penilaian dari Kemendagri. Penyiapan jangan dadakan, termasuk adanya aplikasi lokal yang menampung mewadahi inovasi dari warga.

Dikemukakan Heru, dengan sudah adanya aplikasi lokal, warga sudah bisa lapor inovasi secara online. Dicontohkan, dengan aplikasi lokal itu, pada awalnya di tahun pertama, ada 303 inovasi yang dilaporkan warga. Pada tahun 2021, meningkat ada 600 inovasi, bahkan di tahun 2022 ini sudah ada 1.628 inovasi yang  masuk ke Aplikasi.

Diingatkan, yang namanya inovasi itu adalah mengerjakan sesuatu yang bukan di bidang tugasnya.. Contoh, di lingkup Bappeda ada pojok data yang bisa diakses siapa saja dan kapan saja.

Di Wonogiri ada penciptaan kain yang dinamakan  kain penyelamat jiwa, yakni kain untuk menyelamatkan bayi yang lahir prematur. Di pasaran ada produk kain serupa namun dengan harga yang sangat mahal, tetapi ada warga yang bisa menciptakan inovasi kain serupa dengan fungsi yang sama namun harganya jauh sangat murah.

Blora pasti bisa, dengan catatan untuk menciptakan inovasi harus mempunyai target. Misalnya, di tahap awal Blora harus mempunyai 200 inovasi, selanjutnya secara terus menerus dilakukan pembaharuan. Catatan, jangan lupa pelajari strategi penilaian dari Kemendagri. Termasuk beri penghargaan kepada warga yang mempunyai inovasi. Sekali lagi, jangan berpikir proyek, melainkan harus berorientasi pada proyeksi.  *)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.